PRODUK “ MAICIH”
MAICIH adalah perusahaan keripik singkong pedas
terbesar di Indonesia. Kantor
pusatnya berada di Bandung, Jawa
barat. Perusahaan ini berdiri pada Juni 2010 sebelumnya merupakan perusahaan
yang yang berbasis Usaha Kecil Menengah berpayung hukum CV. 29 Synergi, namun
sejak 2011 pendirinya Reza Nurilham mengubah payung CV menjadi PT sebagai
payung hukumnya.
Beberapa produk MAICIH terkenal dari PT. Maicih Inti Sinergi
adalah Keripik pedas yang memiliki beberapa varian
level dan Basreng (Baso Goreng). Dua produk tersebut adalah varian lama dari MAICIH telah bertahan sejak awal
perusahaan tersebut berdiri. Selain itu, perusahaan ini juga terkenal karena
memiliki New Value untuk diangkat ke media massa.
Perusahaan ini meraih kesuksesan dan mulai dikenal masyarakat
dengan merek dagang MAICIH pada Februari 2011 dan
diliput oleh salah satu acara di Trans
TV di program Realita Bingkai
Berita. Reza Nurhilman bersama
tim menggunakan akun Twitter
official dari perusahaan @infomaicih sebagai senjata utama pemasaran
mereka.
PT. Maicih Inti
Sinergi memisahkan diri dari
produsen awal dan memiliki pabrik sendiri setelah permintaan semakin meningkat yang resmi didirikan pada tahun 2011 denganReza
Nurhilman sebagai Komisaris.
Untuk menghindari pemalsuan produk, Logo
MAICIH mulai dipatenkan hak ciptanya.
Latar
belakang
PT MAICIH INTI SYNERGI merupakan
usaha keripik pedas yang
didirikan
oleh pria kelahiran 29 September 1987 bernama Reza Nurhilman. Usaha
yang
bergerak di bidang pangan ini mampu meraih omset hingga empat miliar
rupiah
per bulannya. Strategi pemasaran dan penjualan yang terbilang sukses ini
cukup
menarik, ia membuat bahasa marketing dengan nuansa yang berbeda, agen
yang
biasa menjual produk Maicih ini mereka beri nama dengan Jendral Maicih.
Para
Jendral menjual produknya tersebut dengan strategi berpindah-pindah lokasi
dan
penjualan produknya hanya dapat diketahui melalui situs jejaring sosial
seperti
facebook dan twitter, dengan strategi tersebut mereka mampu memasarkan
ke
luar Pulau Jawa, bahkan sampai ke luar negeri.
Isi
Materi
Logo Maicih pertama kali diperkenalkan pada September
2010. Maicih digambarkan
sebagai siluet seorang nenek memakai ciput (sejenis
penutup kepala yang biasa dipakai nenek-nenek di kalangan Sunda) dan memakai
mantel dengan ornamen kristal dalam desainnya. Secara filosofis Maicih ingin
menampilkan sosok yang misterius lewat gambar siluetnya. Maicih juga ingin
tampil sebagai sosok nenek yang akrab, hangat, ramah, dan penuh senyum mewakili
karakter orang Sunda. Maicih punya
sebutan unik lainnya.Maicih selalu
menyebut “anak emak” untuk
setiap distributor dan “incu emak” kepada
konsumen. Pelafalan anak dan cucu itu merupakan upaya keakraban dan kehangatan
sebuah keluarga.
Maicih
kembali mengganti konsep logonya
dengan menambahkan unsur dekoratif lewat gambar cabe dan bawang. Logo baru yang
dirilis pada Januari 2011 ini menampilkan logo Maicih yang
kian ramai penuh unsur. Penambahan elemen garis dan berlian menjadi beberapa
pembeda dengan logo Maicih sebelumnya.
Logo itu pun tidak bertahan lama. Memasuki bulan Juni
2011, Maicih resmi memperkenalkan logo barunya yang kini
lebih terlihat jelas dan mulai meninggalkan gambar siluet. Sosok Maicih terlihat
nyata ketika logo ini menampilkan sosok emak menghadap
ke depan sambil tersenyum sumringah. Makna dari gambar ini menceritakan bahwa
menghadapi dunia tanpa keangkuhan dan menjalaninya tetap penuh senyuman.
Keramahan dan senyuman tetap dijaga karena mempertahankan identitas orang Sunda
yang dikenal ramah tamah.
Seiring
dengan munculnya logo baru, Maicih versi
baru ini pun seolah siap menghadapi dunia baru, sambil tetap rendah hati dan
tersenyum. Maicih kini telah memperoleh izin Dinkes
Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), serta mendapat LP POM MUI untuk sertifikat
halal. Maicih turut mendukung pergerakan di bidang
seni budaya dan konservasi lingkungan hidup. Sesuatu yang patut diacungi
jempol. Karena berbagai pergerakan dan tindak tanduk fenomenalnya, majalah Rolling Stone Indonesia edisi Juli 2011 menganugerahkan
penghargaan sebagai “The Hot Snack 2011”.
Sebagai sebuah produk Maicih turut
melestarikan budaya Sunda. Maicih memiliki
kepedulian terhadap pelbagai artefak dan ornamen seni dan budaya Sunda seperti
bahasa Sunda, musik tradisional, tarian, pakaian, dan adat istiadat. Apalagi di
zaman globalisasi seperti ini nilai-nilai keluhuran Sunda seperti itu sudah
mulai luntur dan ditinggalkan.
Maicih ingin melestarikan nilai-nilai luhur Sunda. Bagi Maicih, konsep memadukan kebudayaan Sunda
merupakan jawaban akan rasa tanggung jawabnya lahir di Tanah Parahyangan. Beberapa
kegiatan untuk menjaga seni tradisi Sunda yaitu dalam setiap kegiatannya Maicih selalu
melibatkan para seniman tradisi Sunda seperti seniman Karinding dan Jaipongan
dan seni budaya Sunda lainnya. Maicih juga
turut mensponsori band Sarasvati yang kental dengan unsur Sunda-nya lewat
lagam-lagam sinden pada musiknya. Kepedulian Maicih terhadap budaya Sunda membuat produk
mereka berbeda dibandingkan dengan produk keripik
lainnya.
Berawal
dari perasaan rumasa (sadar
diri) karena menyumbang sampah kertas dan plastik, Maicih kini menggiatkan diri untuk
pergerakan menjaga dan melestarikan lingkungan alam sekitar. Maicih memandang bahwa budaya Sunda
memiliki keterkaitan untuk menjaga dan melestarikan lingkungan alam sekitar
mereka.
Pembahasan
dan Kesimpulan
Di tengah kesibukannya sebagai Presiden Maicih yang memimpin
puluhan Jenderal Maicih, mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Maranatha itu
menyempatkan berbincang dengan VIVAnews di kampusnya, Bandung, beberapa waktu
lalu. Berikut petikan wawancaranya:
Kapan usaha Maicih berdiri?
29 Juni 2010. Baru setahun, jadi masih bayi lah ya ...
Modal awal?
Kalau diakumulasikan di awal, modal yang dipakai cuma Rp15 juta. Itu untuk bahan baku, dan membuat tungku penggorengan. Karena kami tidak menggoreng pakai kompor, jadi rasanya pasti beda.
Omset saat ini?
Setiap bulan terus meningkat, dari omset yang hanya sedikit menjadi banyak. Saat ini, omset sebulan sudah menyentuh Rp4 miliar, dengan rata-rata per minggu lebih Rp750 juta.
Kemampuan produksi?
Sekarang itu produksinya sudah sampai 75 ribu bungkus per minggu. Itu semua varian dari kripik, jeblak, gurilem. Dan, selalu habis.
Butuh berapa banyak bahan?
Kalau gurilem dan jeblak pake tepung tapioka jadi literan. Kalau keripik satu ton itu bisa jadi 4.000 bungkus. Seminggunya bisa produksi sampai 25 ribu bungkus. Suplier kami juga bingung, kok permintaan kami bisa lebih banyak dari pada pabrik-pabrik besar, hehehe ...
Harga jualnya?
Regulasi di Bandung, keripik level 3-5, gurilam dan jeblak itu Rp11 ribu, untuk keripik yang level 10 Rp15 ribu. Di luar Bandung, keripik level 3-5, gurilam dan jeblak Rp15 ribu, yang level 10 itu Rp18 ribu.
Kapan usaha Maicih berdiri?
29 Juni 2010. Baru setahun, jadi masih bayi lah ya ...
Modal awal?
Kalau diakumulasikan di awal, modal yang dipakai cuma Rp15 juta. Itu untuk bahan baku, dan membuat tungku penggorengan. Karena kami tidak menggoreng pakai kompor, jadi rasanya pasti beda.
Omset saat ini?
Setiap bulan terus meningkat, dari omset yang hanya sedikit menjadi banyak. Saat ini, omset sebulan sudah menyentuh Rp4 miliar, dengan rata-rata per minggu lebih Rp750 juta.
Kemampuan produksi?
Sekarang itu produksinya sudah sampai 75 ribu bungkus per minggu. Itu semua varian dari kripik, jeblak, gurilem. Dan, selalu habis.
Butuh berapa banyak bahan?
Kalau gurilem dan jeblak pake tepung tapioka jadi literan. Kalau keripik satu ton itu bisa jadi 4.000 bungkus. Seminggunya bisa produksi sampai 25 ribu bungkus. Suplier kami juga bingung, kok permintaan kami bisa lebih banyak dari pada pabrik-pabrik besar, hehehe ...
Harga jualnya?
Regulasi di Bandung, keripik level 3-5, gurilam dan jeblak itu Rp11 ribu, untuk keripik yang level 10 Rp15 ribu. Di luar Bandung, keripik level 3-5, gurilam dan jeblak Rp15 ribu, yang level 10 itu Rp18 ribu.
Nama Maicih
darimana?
Maicih itu terlahir waktu saya masih kecil. Biasanya, kalau saya dibawa mama ke pasar, suka ada ibu-ibu tua pake ciput dengan baju alakadarnya. Setiap belanja dia ngeluarin dompet, bonus dari toko emas yang ada resletingnya untuk masukin receh. Mama saya bilangnya itu dompet Maicih.
Beberapa tahun lalu, saya ketemu ibu-ibu yang sosoknya menyerupai Maicih dalam memori saya. Ibu-ibu paruh baya yang pakaiannya tradisional. Ternyata dia bisa bikin bumbu kripik pedas. Lalu, saya bikin brand Maicih. Ternyata bisa bikin orang lain suka, karena nyeleneh.
.
Alasan pakai sosial media sebagai media pemasaran?
Awalnya, pemasaran Maicih melalui temen-teman saja. Temen SMA saya waktu itu beli, trus dia nge-tweet, "Maicih enak yah." Ya udah saya lalu fokus ke Twitter, running aja.
Ada banyak alasan kenapa pemasarannya hanya melalui Twitter dan Facebook. Selain gratis, promosi di Twitter bisa jadi gong karena kekuatan marketingnya dibuat orang-orang yang beli Maicih. Orang yang belum tahu Maicih akan bertanya dan mereka yang nge-tweet soal Maicih akan dengan antusias menjelaskan.
Maicih itu terlahir waktu saya masih kecil. Biasanya, kalau saya dibawa mama ke pasar, suka ada ibu-ibu tua pake ciput dengan baju alakadarnya. Setiap belanja dia ngeluarin dompet, bonus dari toko emas yang ada resletingnya untuk masukin receh. Mama saya bilangnya itu dompet Maicih.
Beberapa tahun lalu, saya ketemu ibu-ibu yang sosoknya menyerupai Maicih dalam memori saya. Ibu-ibu paruh baya yang pakaiannya tradisional. Ternyata dia bisa bikin bumbu kripik pedas. Lalu, saya bikin brand Maicih. Ternyata bisa bikin orang lain suka, karena nyeleneh.
.
Alasan pakai sosial media sebagai media pemasaran?
Awalnya, pemasaran Maicih melalui temen-teman saja. Temen SMA saya waktu itu beli, trus dia nge-tweet, "Maicih enak yah." Ya udah saya lalu fokus ke Twitter, running aja.
Ada banyak alasan kenapa pemasarannya hanya melalui Twitter dan Facebook. Selain gratis, promosi di Twitter bisa jadi gong karena kekuatan marketingnya dibuat orang-orang yang beli Maicih. Orang yang belum tahu Maicih akan bertanya dan mereka yang nge-tweet soal Maicih akan dengan antusias menjelaskan.
follow juga ya blog saya http://hardy-bonvisa.blogspot.com/ ,salam knal :)
BalasHapus